Labuan?!
Iyaaa…, tapi ini bukan Labuan Bajo di Indonesia, tak akan ditemukan Komodo di sini. Bukan juga Labuan Cermin yang ada di Kalimantan, bahkan Labuan bukan juga bagian dari Negeri Sabah seperti yang orang-orang sangka. Ya, Labuan yang saya maksud adalah Wilayah Persekutuan Labuan, salah satu dari tiga wilayah persekutuan yang ada di Malaysia dan satu-satunya yang berada di Borneo.
Negara Malaysia punya 13 negara bagian dan 3 wilayah persekutuan, sebagian besar wilayah tersebut berada di Semenanjung Malaysia atau Malaysia bagian Barat, sedangkan sebagian kecil lainnya ada di Malaysia bagian Timur di Borneo yaitu Negara Bagian Sabah dan Sarawak serta satu wilayah persekutuan yaitu Wilayah Persekutuan Labuan. Nah yang terakhir disebut yaitu Wilayah Persekutuan Labuan yang beribukota Victoria ini lah yang kami kunjungi selama satu pekan kemarin.
Wilayah Labuan sesunggguhnya merupakan sebuah pulau dengan luas sekitar 92 km² yang berada di bagian ujung utara Malaysia. Bila kita lihat di peta, pulau ini berada tak jauh dari daratan Pulau Kalimantan bagian utara bertetangga dengan Negara Bagian Malaysia yaitu Sabah serta negara tetangga yaitu Brunei Darussalam dan Indonesia.
Sebagaimana namanya, Pulau Labuan berasal dari kata Labuhan yang berarti pelabuhan. Wilayah ini memiliki perairan yang luas dan dalam sehingga ditetapkan sebagai pusat keuangan lepas pantai (offshore financial centre) dan pelabuhan bebas cukai. Tak heran bila di tempat ini kita bisa melihat banyak sekali kapal-kapal besar dari berbagai negara berlabuh dan parkir di perairannya.
Menuju Labuan
Cukup banyak penerbangan menuju kota ini terutama penerbangan dari kota-kota besar di Malaysia. Sayangnya belum ada penerbangan langsung dari Jakarta menuju Labuan, sehingga untuk kalian yang datang dari Jakarta seperti saya bisa mengambil rute penerbangan transit di Kuala Lumpur kemudian melanjutkan penerbangan dengan waktu tempuh sekitar dua jam terbang dari Kuala Lumpur.
Meski sendirian dari Jakarta, perjalanan saya ke Labuan sesungguhnya tidaklah sendiri. Ada 16 orang yang ikut dalam event Explore Labuan yang diselenggarakan oleh Gaya Travel Magazine dan Labuan Corporation sebagai pihak pengundang. Grup ini terdiri dari kru Gaya Travel, awak media, blogger, dan social media influencers. Kami bertolak dari KLIA 1 pada tanggal 25 April 2018 dan berpisah di tempat yang sama pada tanggal 1 Mei 2018. Saya sendiri sudah memulai perjalanan dari Jakarta sejak tanggal 24 April 2018 dan kembali ke Jakarta pada tanggal 2 Mei 2018. Sungguh sebuah perjalanan panjang dan menyenangkan.
Tak Kenal Maka Tak Sayang
Kota Labuan adalah sebuah kota kecil yang unik. Meski kota kecil, tempat ini memiliki jalan-jalan yang lebar dan bersih dengan tata kota yang rapi. Di pusat kota berdiri gedung-gedung megah meski tak setinggi gedung pencakar langit di kota-kota metropolitan. Tak ada macet di sini dan sepertinya setiap penduduk memiliki kendaraan sendiri karena nyaris saya tidak menemukan kendaraan umum selama di Labuan. Bagi pejalan yang sedang pelesiran di Labuan bisa menggunakan taksi online seperti Grab sebagai sarana transportasi
Hotel tersedia dalam jumlah banyak dari berbagai pilihan, dari homestay, hotel berbintang hingga hotel resort. Bagai ingin mengenal Labuan dari berbagai sisi, kami pun mencoba bermalam di beberapa tempat selama di Labuan. Semalam di Pilly Homestay, semalam di Palm Beach Resprt and Spa, dua malam di Tiara Labuan Hotel dan dua malam di Lazenda Hotel. Keempatnya memiliki keunikan masing-masing dan kamipun memiliki pengalaman menginap dengan sensasi yang berbeda di setiap tempat.
Meski iklim di sini panas sebagaimana umumnya cuaca tropis di pulau, namun kehidupan di kota ini terasa damai. Rumah-rumah kampung dengan material kayu masih banyak kita jumpai di sini, bersanding harmonis dengan rumah-rumah atau bangunan lain yang terbuat dari beton. Pohon-pohon besar berjajar rapi mengapit jalan-jalan yang membelah kota Labuan, menjadi peneduh bagi siapapun yang lewat. Bila anda mencari tempat yang tenang untuk berlibur, saya pikir tempat ini adalah tempat yang tepat.
Saya memang baru mengenal Labuan dari dekat saat ini. Namun beruntung saya bisa mengenal bukan hanya dari luar tapi bisa masuk lebih dalam dan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal hingga ke kampung. Adalah Kampung Layang-Layangan, salah satu kampung dari 27 kampung yang ada di Wilayah Persekutuan Labuan. Di sini kami berkesempatan berinteraksi dengan penduduk lokal. Dari mereka lah saya mulai mengenal lebih jauh tentang budaya mereka, apa makanan khas mereka, hingga tempat-tempat yang menjadi destinasi wisata setempat.
Ada enam etnis utama yang bermukim di pulau ini, yaitu Sikh, Kadazan, Cina, Melayu-Brunei, Kadayan dan India. Dari enam etnis tersebut jumlah yang paling banyak adalah etnis Kadayan yang masih erat kekerabatannya dengan Melayu Brunei. Adapun suku Melayu Brunei termasuk salah satu yang unik karena mereka masih tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas air. Itulah mengapa kemudian perkampungan etnis ini disebut dengan water village dan menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib didatangi oleh pejalan yang datang.
Ada tiga kampung yang menjadi tempat tinggal mereka yaitu Kampung Patau-Patau 1, Kampung Patau-Patau 2 dan Kampung Bebuloh. Mata pencaharian utama mereka adalah nelayan dan hampir setiap rumah memiliki perahu. Meski generasi mereka saat ini sudah ada yang beralih profesi menjadi pegawai atau karyawan, namun kehidupan di atas air tetap mereka pertahankan. Rumah-rumah mereka memiliki ciri khas yaitu dengan banyaknya tanaman hias semacam perdu yang ditempatkan di teras rumah atau mereka gantung di pagar jalan sepanjang kampung.
Indah di Mata, Sedap di Lidah
Wiayah Persekutuan Labuan adalah kota yang dahulu mencapai kejayaan dari hasil bumi berupa minyak dan gas. Banyak perusahan besar skala dunia termasuk Petronas yang menjadi kebanggaan Malaysia membangun bisnis di bidang industri pengolahan minyak dan gas di Labuan. Dalam satu kesempatan kami sempat melewati kawasan tersebut dan masih bisa melihat jejak-jejak bangunan dan pabrik pengolahan minyak dan gas saat industri besar itu masih beroperasi.
Langkah strategis diambil oleh pemerintah mereka untuk mengatasi penurunan drastis industri minyak dan gas dengan membangun industri pariwisata atau mereka menyebutnya dengan Industri Pelancongan. Dalam satu kesempatan bincang-bincang dalam acara ramah mesra dengan Chairman Labuan Corporation -YB Datuk Rozman Datuk Haji Isli- yang mengatakan bahwa mereka saat ini sedang giat mem-branding diri sebagai salah satu destinasi pelancongan terutama wisata kepulauan dan sejarah.
Meski pulau kecil, Labuan memiliki sejarah panjang sebagai bandar pelabuhan yang menjadi basis militer di zaman Perang Dunia II dan meninggalkan banyak bangunan bersejarah yang masih bisa dikunjungi hingga saat ini. Sebut saja Peace Park, Surrender Point, Chimney dan Zaman Batu Arang yang menjadi saksi sejarah sebuah peristiwa dan peradaban.
Labuan juga memiliki perairan dengan pulau-pulau kecil yang menarik dengan Perahu Larai yang aikonik. Jangan lewatkan bermain air seperti yang bisa kita lakukan di Pulau Papan dan Pulau Layang-Layangan, atau menikmati taman bawah laut yang indah seperti yang berada di Pulau Rusukan Besar, Pulau Rusukan Kecil dan Pulau Kuraman. Itu belum termasuk diving spot seperti Australian Wreck dan American Wreck, serta kawasan Blue Water dan The Cement Labuan. Sayang kami kemarin tak sempat bertandang ke diving spot ini dan menjadwalkan untuk datang kembali bulan Agustus 2018 yang akan datang.
Hal lain yang menarik di Labuan adalah wisata kuliner. Untuk yang satu ini saya benar-benar angkat dua jempol. Selama kurang lebih sepekan di sana, lidah saya tak berhenti mengecap makanan yang enak. Menu yang paling dominan adalah menu makanan laut seperti ikan, cumi-cumi, udang, kepiting, lobster dan kerang. Semua bahan mentah berasal dari bahan yang masih segar dan berkualitas dengan ukuran yang acapkali membuat tak sabar hendak segera menyantapnya sesaat setelah makanan dihidangkan.
Tak hanya makanan laut, menu lain khas kota pelabuhan ini juga kami cicipi. Rata-rata adalah makanan dengan olahan bumbu yang kaya akan rempah, mirip masakan Melayu atau masakan Padang, bahan bakunya bisa beragam seperti ayam, daging, ikan atau udang. Bedanya, masyarakat Labuan tak terlalu menyukai cita rasa pedas sehingga masakan yang disajikan biasanya tak pedas dan sambal tak selalu menjadi menu pelengkap yang selalu bisa kita temui di sana.
Beberapa tempat yang rekomen dan sudah kami cicipi di antaranya adalah Warung Jeliti yang terkenal dengan menu Asam Pedas, Mr. Crab Seafood restoran dan Kampung Nanggalan Seafood restoran. Bila ingin menikmati makan malam dengan suasana yang lebih romantis, Mawilla Yacht Club adalah salah satu restoran yang menyediakan menu makanan laut dengan suasana malam di pinggir pantai yang cantik dan romantis, apalagi bila anda sudah berada di sana menjelang senja, suasananya indah sekali.
Dan satu lagi yang tak kalah menarik di labuan adalah keramahtamahan penduduknya. Hal ini sudah terasa sejak kaki ini pertama menjejak di airport. Petugas imigrasi yang bertugas memeriksa saya mengawali pemeriksaan dengan ucapan, “Selamat datang di Labuan!” dengan wajah sangat bersahabat. Jauh dari kesan kaku dan jutek sebagaimana stereotype petugas imigrasi yang selama ini saya dengar dan temui.
Pertanyaan di konter saat berhadapan dengan petugas imigrasi bisa jadi sama, seputar tanya dengan siapa, ada keperluan apa, berapa lama dan menginap di mana. Namun raut wajah dan intonasi suara saat bertanya betul-betul membuat saya merasa diterima. Dan setelah pemeriksaan selesai, petugas kembali mengatakan, “Selamat datang” sambil menyerahkan paspor saya dengan senyum masih melekat di wajahnya. Jarang-jarang khan petugas imigrasi yang demikian.
Nah, pengen tahu lebih lanjut apa saja pengalaman saya sepekan di sana? Nantikan cerita selanjutnya ya, akan ada banyak sekali cerita menarik yang akan saya bagikan kepada Sahabat Ayo Pelesiran.
Sampai Jumpa
Salam Ayo Pelesiran
~donna~
Keren ya kak water village …
Lingkungannya ditanamin bebungaan begitu jadi kliatan asri.
Ditambah tiap rumah punya perahu pribadi …
iya, lingkungannya unik dan perahu menjadi alat transportasi mereka, jadi penting untuk punya
Subhanalloh tempatnya indah sekali mbak don, kulinernya bikin ingin mencicipi langsung ini mah
iya, tempat2nya bagus2 kulinernya memang menggoda banget dan di lidah kita juga cocok.
Mbak Donna, sering banget nulis tentang Malaysia, ya.
iya, deket dan banyak tempat menarik di sana.
Wah sayang banget gk diving ya padahal saya pengen banget denger soal spot wreck tersebut.
Duh belum sempet2 nih ngetrip bareng mbak Donna.
iya, nih… aku juga cuma bisa mupeng nih penge ikut jalan sama Darius ke tempat2 kece kayak di Kei kemaren. Ngikutin Ig-nya bikin envy
One thing I admire about Malaysia, good infrastructure dan dijaga sama masyarakatnya. Lalu ngebatin, kapan di kita bisa begitu #helanafas
BTW foto makanannya menggugah perut banget, Don ^_^
Bangeeeet, makanannya juaraak!!
donna imelda recently posted…Sebarkan Berita Baik, Stop Hoax dan Ujaran Kebencian
Mbak Donna… aku baru baca postingan ini.
aaah… kangen Labuan. Aku pernah tinggal di sana 3 tahun (2002-2005).
Banyak kenangan indah, bisa makan seafood tiap hari 🙂
Thank you for sharing, Mbak.
waaaah, senangnya pernah tinggal di Labuan, penduduknya friendly dan kotanya tenang. makan enaaaak hehehe
donna imelda recently posted…Sebarkan Berita Baik, Stop Hoax dan Ujaran Kebencian
Malaysia luas banget ya Mba, aku pernah seminggu keliling Malaysia cuma bisa dapat ke KL, Malaka & Penang. Selanjutnya ke Sabah ah, unik banget lihat rumah apung dan perahu yang tertambat di sana. Kulinermya juga menggiurkan semuaa. Thanks infonya Mba Donna
Iya, dan aku malah belum pernah ke Penang. next destination kayaknya kudu ke Penang hehehe
donna imelda recently posted…Sebarkan Berita Baik, Stop Hoax dan Ujaran Kebencian
fotonya keren-keren. selama ini emang Labuan belum terlalu terkenal di wisatawan luar malaysia, tapi ternyata menarik ya di kota itu. gak kalah sama Johor Baru atau Langkawi.
Iya, menarik dan lengkap, dari wisata pulau, sejarah maupun kulinernya, yummmiiii
Fokus sama rajungannya hahahahah. Entahlah, baca panjang lebar kok malah otakku terdiam saat melihat Rajungan disajikan 😀
Hehehe… Rajungan yang mendistraksi
donna imelda recently posted…Sebarkan Berita Baik, Stop Hoax dan Ujaran Kebencian
mbak, makasih banyak lho udah sharing soal labuan ini.. aku rencananya mau explore malaysia timur akhir taun ini, masih galau rute setelah brunei mau kemana karna aku nanti pulang lewat kk. temen aku di brunei sempet cerita soal labuan, tapi klo dia bilang sih mau langsung ke kk juga gpp karna lebih banyak yang bisa diliat disana. tapi kok pas liat foto2 mbak jadi pengen kesana juga yah? 😀
Labuan menarik banget untuk didatangi. Rekomen
donna imelda recently posted…Sebarkan Berita Baik, Stop Hoax dan Ujaran Kebencian