Romantis, itu kata pertama yang terlintas di kepala saya saat menginjakkan kaki di hotel dengan bangunan bergaya tempo dulu malam itu. Cahaya lampu dari dalam bangunan terlihat menembus kaca patri yang berjajar rapi di bagian atas bangunan. Sebagian cahayanya menerangi taman yang mengapit jalan setapak di halaman, mengiringi langkah kaki menuju beranda. Sengaja saya berhenti sejenak di depan pintu masuk The Sidji Hotel – Pekalongan dan mengedarkan pandangan ke bagian sebelah kiri beranda dimana dua pasang kursi antik diletakkan untuk menghadirkan sebuah kenangan masa dulu, saat tubuh berusia belasan dan masih berseragam putih abu-abu.
Paduan Heritage dan Fasilitas Modern

Konsep yang diusung oleh The Sidji Hotel memang unik. Senada dengan nama The Sidji yang berarti satu, keberadaan hotel ini memang memiliki satu hal yang istimewa. Di antara hotel-hotel yang ada di Pekalongan, hanya hotel ini satu-satunya yang memadukan konsep heritage dan fasilitas modern dalam satu sentuhan yang terintegrasi dengan bentuk bangunan, interior dan furniture, hingga elemen utamanya. Sedemikian baik perpaduan ini dirancang sehingga saya sebagai tamu yang menginap bisa tetap merasakan suasana khas tempo dulu yang elegan sekaligus mendapatkan kenyamanan yang maksimal dari sebuah hotel berbintang empat.

Bangunan hotel terdiri dari dua bagian, yaitu bangunan lama berupa rumah keluarga di bagian depan dan bangunan baru berlantai lima di bagian belakang. Rumah keluarga Peranakan (sebutan untuk warga keturunan yang lahir dan besar di Indonesia) yang hampir berusia ratusan tahun ini dibangun sejak tahun 1918 dan telah digunakan oleh pasangan suami-istri Hoo Tong Koey dan Tan Seng Nio hingga tiga generasi setelah mereka. Rumah ini dahulunya juga digunakan oleh pasangan pengusaha tersebut sebagai tempat produksi zat pewarna batik yang kemudian melebarkan sayap usahanya sebagai produsen batik terkenal di Pekalongan.

Latar belakang keluarga ini sebagai pengusaha batik memberi sentuhan elemen Batik di banyak sudut hotel. Ruang rapat yang berjumlah empat buah dengan berbagai ukuran pun tak luput dari ornamen batik di dalamnya. Bentangan kain batik seperti motif Hokokai yang merupakan batik khas Peranakan menghiasi salah satu sudut ruang meeting. Sementara di sudut lain –di ruang terbuka tak jauh dari kolam renang– berbagai jenis cap batik yang terbuat dari tembaga tersusun rapi dalam bingkai dan digantung di dekat meja makan tak jauh dari kolam renang yang berada persis di tengah area hotel.

Begitu juga halnya pada bangunan baru di bagian belakang berlantai lima yang digunakan sebagai kamar tidur untuk tamu hotel. Berbagai kain Batik bercorak Naga dengan berbagai warna menghias dinding di sepanjang koridor menuju ruang tidur yang total berjumlah 79 kamar ini. Sedangkan di masing-masing kamar tidur, kain Batik bermotif flora berwarna cerah khas pesisir juga menghias dinding kamar dan menjadi penghias alas tempat tidur. Toilet modern dan bersih, kamar yang apik dan tempat tidur yang nyaman menghasilkan paduan yang membuat tamu betah beristirahat di kamar.

Nostalgia di Ruang Makan

Sengaja saya bangun lebih pagi keesokan harinya untuk menikmati detail setiap sudut hotel ini. Bagai masuk ke lorong waktu dan mundur ke beberapa tahun silam, saya menikmati setiap benda yang ada. Semuanya merupakan barang-barang yang dahulunya dipakai dan menjadi bagian keseharian keluarga Tong Koey dan penerusnya. Semua masih terawat apik, baik kursi, meja, rak buku, kotak kayu hingga jam dinding berukuran super besar. Dari radio, pemutar piringan hitam, hingga lampu gantung tak luput dari perhatian saya.

Beranda belakang adalah salah satu tempat favorit saya selama 3 hari 2 malam di The Sidji Hotel. Letaknya menghadap ruang terbuka dengan kolam renang di tengah-tengah. Terbagi dua area yaitu ruang duduk di sayap kiri dan di sayap kanan. Di sayap sebelah kiri, selain ada lemari hias dan satu set kursi untuk duduk-duduk, juga terdapat amben kayu berukiran cantik dan becak kuno yang diletakkan bersebelahan. Sedangkan di ruang duduk bagian kanan tersedia Cafe Pontjol yang menyediakan berbagai minuman sebagai teman berbincang. Di sinilah saya menghabiskan waktu berbincang dengan beberapa teman yang datang untuk bernostalgia ke masa di saat kami pernah bersekolah di tempat yang sama sambil menikmati Teh Serai kesukaan saya.

Salah satu tempat favorit saya lainnya adalah Restoran Nostalgia, masih berada di sekitar kolam renang di beranda belakang. Area ini sepertinya memang dirancang untuk pengunjung datang dan menikmati hidangan sambil duduk-duduk menikmati suasana. Di setiap sisi area ini terdapat tempat duduk, dari yang berkapasitas kecil seperti di Cafe Pontjol, kapasitas sedang dengan meja kayu panjang, hingga kapasitas besar di restoran dan ballroom.

Sesuai dengan tema heritage yang diusung The Sidji Hotel โ Pekalongan, elemen-elemen tempo dulu pun disematkan di sudut ruang makan. Piring-piring antik berukuran besar disusun rapi menempel pada salah satu dinding. Dua buah lemari hias berisi koleksi peralatan makan dan minum jaman dahulu mengapit pajangan piring-piring antik ini di bagian kiri dan kanan. Melihat koleksi-koleksi ini, saya teringat barang-barang sejenis yang dimiliki ibu dan nenek saya, mereka juga merawatnya dengan sangat baik. Entahlah, apakah saya bisa melakukan hal yang sama seperti mereka. Merawat pusaka yang menjadi bagian budaya sejak dulu, untuk dinikmati kelak oleh anak dan cucu.

Uniknya lagi, menu makanan dan minuman di beri nama sesuai dengan tema-tema nostalgia, sesuai dengan nama restoran ini. Saya tersenyum saat membacanya, kagum dengan kreatifitas mereka yang memberi nama-nama ini. Ada menu yang diberi nama Nasi Sepanjang Jalan Kenangan, Ayam Goreng Encim, Nyonya Tarik Urat hingga Iga Panggang Jlamprang. Saya sempat mencicipi dua menu spesial restoran ini yaitu Ayam Nostalgia dan Tahu Pukalong yang selintas mirip dengan Sapo Tahu, berupa potongan tahu sutra goreng ditumis bersama beberapa jenis sayuran.
Namun saya lebih terkesan dengan cita rasa menu Ayam Nostalgia yang berupa potongan fillet dada ayam digoreng tepung yang disiram dengan saus dan irisan buah Mangga. Bumbu lengkapnya tentu saja hanya chef-nya yang tahu pasti. Namun yang jelas, selain irisan buah Mangga terdapat irisan Bawang Merah, Bawang Bombay, Cabe Merah yang ditumbuk kasar serta potongan Kecombrang. Dominasi rasa asam manis segar dari sausnya terasa di lidah. Irisan buah Mangga yang segar dan aroma khas Kecombrang yang kuat menghasilkan paduan yang unik saat dikunyah. Saya yang sebenarnya tak terlalu suka dengan aroma langur dari Kecombrang merasakan hal yang berbeda ketika bahan ini dinikmati bersamaan dengan irisan Mangga. Hmm, kalian kalau ke sini, harus mencobanya. Pasti suka deh.
Jadi, siapapun anda, baik pejalan yang ingin berlibur dengan keluarga atau teman, maupun pebisnis yang sedang melakukan perjalanan, anda bisa menikmati kota yang di dicanangkan oleh Unesco sebagai salah satu Kota Kreatif Dunia sambil menikmati salah satu bangunan yang menjadi bagian sejarah Kota Pekalongan dengan menginap di The Sidji Hotel. Secara keseluruhan saya memberi point 8 dari 10 untuk hotel ini. Rekomen banget. Untuk pemesanan dan informasi lebih lanjut anda bisa menghubungi kontak di bawah ini ya… selamat berlibur.

The Sidji Hotel
Jl. Dr. Cipto no. 66 Pekalongan 51122
+62 (0285) 4460077
reservation@thesidjihotel-pekalongan.com
Kece banget ini hotel mbak, bener2 berasa di rumah, interiornya bikin nyaman di hati
Iya, suasananya enak banget, homi dan nyaman
Hotelnya guweee banget…. Mesti nginep di Sidji nih pas ke Pekalongan ^_^
Bareng gue yaaaaa…. kita explore lebih jauh nanti
Senang rasanya melihat hotel yang tetap mempertahankan sisi klasik bangun-bangunan kolonialnya tanpa harus mengancam dengan bangunan baru karena semua sudah punya tempat masing-masing. Mungkin karena pemilik hotel ini juga pemilik kenangan di bangunan tua itu, jadi tidak dihancurkan. Apa pun alasannya, semua menjadi suatu sajian yang sangat pas dan pastinya berkesan.
Ini keren banget. Ada lambang singa di atas sana, pada ruang minum yang melingkar itu, pasti melambangkan sesuatu :hehe. Kayaknya duduk di ruang minum yang membulat itu sambil menatap ke luar jendela adalah sesuatu yang sering dilakukan pemilik rumah di masa lampau, kalau duduk di teras dirasa terlalu berdebu :hehe.
Semoga bisa menginap di sini kalau suatu saat mampir ke Pekalongan :)).
Aamiin, semoga bisa menikmati suasana yang dibayangkan ya mas… ntar aku temani ngeteh sori di ruang ujung bundar itu
wah dari luar agak kuno ya hotelnya tapi dalamnya cukup modern mbak
The Sidji memang menekankan konsep antik, heritage namun tetap nyaman dan fasilitasnya modern, mbak. Rekomen banget
Wah, hotel ini seperti rumah pribadi nyaman ๐
Bener banget, serasa di rumah sendiri dan sangat nyaman
Biarpun saya tidak tahu kapan ke Pekalongan. Tapi hotelnya oke neh buat di rekomendasiin ke teman yang suka ambil kerjaan kesana.
Iya, Mbak Liswanti… monggo…
donna imelda recently posted…[Tantangan Pojok WB] – Aku dan Cerita di Balik Permainan Masa Kecil
Cakeeep….dan saya bahkan blm pernah nginep di situ..hehe… Mbak.., awal agst nanti ada Pekan Batik di Pekl lhooo…. Mampir lagi yuuuk ๐
Nanti dicoba mbak nginep, ajak keluarga dari Semarang
Mbaak….awal agst nanti ada Pekan Batik di Pekalongan lhoo…mampir lagi yuuk.. ๐
Pengen banget, mbak, Tapi barengan sama liputan di Bima
Yes. Another hotel buat referensi stay kalau road trip ke Jawa. Kebetulan keluarga saya senang yang begini, yang ala jaman kolonial.
Siiip
Nanti kalo ke Pekalongan lagi mau coba Sidji ah, keren banget konsepnya. Ikut kata Halim, gw banget ๐
Kalau gitu… The Sidji, tim horee adventure banget ya. Indra mana Indra
Hotelnya benar2 seperti rumah. Aq selalu suka suasana hotel. InsyaAllah kapan2 mampir sini ah.
Siiip, ajak2 aku ya hehehe
hotel bernuansa klasik di kota Pekalongan bisa jadi referensi untuk menginap dan menikmati suasana ala tempo dulu.
terimakasih informasinya
You are welcome, The Sidji memang tempat yang rekomen untuk menginap
Mba Donna jadi kapan kita ke Pekalongan lagi hehehe ๐
Mba Donna jadi kapan kita ke pekalongan lagi hahaha
Salman bluepckerid.com recently posted…Dibalik Festival Dieng
Hayuklah, katanya mau melipiri pulau jawa ala menyek2 kereta api. Kita mampir di Pekalongan ya.
wow.. cap batiknya keren2.. berarti yudi memang harus ke sana.. mau beli cap batiknya ๐
Yup… harus ke Pekalongan, kunjungi kampung2 batik, bangunan2 bersejarah, cicipi kulinernya dan nginep di The Sidji… perfecto.
Dirimu kok nemu aja siy, tempat kece seperti ini ? Aku contek ya, kalo lewat Pekalongan lagi.
Aku memang suka heritage, jadi ada aja teman yang kasih tau. Kebetulan aku memang pernah tinggal di Pekalongan dulu.
Waaah keren banget ya. Aku juga pengin mempertahankan barang2 lama, termasuk ruang tamu gaya lama di penginapan mungilku yg skrg sudah rusak. Tp kata suami lebih murah kalau dirubuhkan dulu aja. Mumpung duitnya utk renov juga blm ada, aku sodorin foto2 begini biar luluh.
Jangan dirubuhin, sayaaaang. Kalau terawat sampai 3 generasi kayak The Sidji gini khan keren banget. Legendaris penuh history
Wuiiih, keren banget hotelnya ya, Mbak. Kalau jalan-jalan ke sana, aku colek dirimu ya, Mbak. ๐
Asssiikk, colek2 aku ya mbak Win… kita halan-halan
Ini hotel yang harusnya kita bermalam bersama hari itu ya ?:-(. Dari reviewnya, sepertinya hotel ini nyaman banget ya…..like back to home. Konsep penggunaan batik disetiap kamarnya, makin memperlihatkan bahwa pekalongan betul-betul kota batik. Konsep seperti ini pun saat ini juga makin banyak dipakai diruangan2 meeting di area perkantoran sekitaran segitiga emas di jakarta. Selalu saja jatuh cinta dengan batik, apapun bentuknya…..:-) . semoga dengan banyaknya orang ataupun institusi yang menggunakan batik, membuat warisan budaya negeri kita ini nggak dicuri lagi sama negara lain ya….. Eniwey, kita bertiga harus balik kesini dan leyeh2 bareng ya……:-)
Bener banget, feels like home, net. Kebayang ya kita duduk2 di teras belakang sambil ngeteh bareng bertiga, ngobrol dari aminah sampe zulehah hahaha. Can’t wait this moment… muuaacch
jadi pengen…hehehe..untuk liburan bersama keluarga seru nih..nuansa lama yang bikin adem..
agung winoto recently posted…Liburan di Kota Jogja bersama anak tersayang
Homey banget sepertinya layaknya kita menikmati rumah traditiinal tempoe doeloe.
Desain Interior bangunan yang etnik Indonesia berpadu menjadikan ciri khas hotel khas Pekalongan nan asri.
The Sidji Hotel ttp Sidji di Indonesia.
Bangunan barunya nyomplang bgt ya dengan bagunan depan ๐
Fenny | nge-BLOG dapet DUIT, mau? recently posted…Cara Mendapatkan Jam Tangan Apple Watch GRATIS, Mau?
nah yang kayak begini .. pinter …. bangunan lamanya tetap di jaga dan difungsikan …
malah jadi unik dan menarik …. kalau ke pekalongan .. nginep disini ah
hotel dengan nuansa yang sangat beda dr yang lain, terlihat lebih nyaman ๐
Mata saya langsung suka sama jendela warna hijau itu. Itu jendela gaya jadul dan kayaknya dulu banyak rumah model jendelanya kayak gitu. Kesannya adem ๐
Keke Naima recently posted…Jangan Langsung Panik Apabila Bayi Kuning
Keren ya konsepnya. Modern tapi tetap menonjolkan khasanah lokal. Sekarang banyak hotel terlalu berorientasi desain minimalis padahal yg begini makin banyak yv nyari dan lebih menentramkan.
Hmmm kapan ya punya kesempatan main ke pekalongan…
dari luar kayak gedung tua, ternyata kece banget didalamnya
Artistik banget furniture-nya. Ini yang di daerah Poncol kan kak?
Raparapa recently posted…Dengerin deh 12 Lagu Jepang Terbaik dan Melegenda di Telinga Indonesia!
Sepintas terlihat seperti rumah bangsawan zaman dahulu ya kak